Tumpukan
sampah di Desa Tajau Landung kian hari kian menumpuk. Dari hasil wawancara
didapatkan 67% kepala keluarga membuang sampah ke sungai. Sampah-sampah yang
menumpuk di sungai menjadi masalah utama karena menimbulkan bau yang tidak
sedap dan beberapa penyakit seperti diare, disentri, tifus, hepatitis dan
penyakit lainnya. Beberapa upaya pun telah dilakukan warga desa dalam
menanggulangi masalah sampah, namun tumpukkan sampah terus saja meningkat.
“Sebenarnya
dulu warga kami melakukan kegiatan membuat
kerajinan
dari sampah anorganik. Tapi, itu hanya bertahan beberapa minggu saja
dikarenakan kesibukan dan tidak adanya pelatih dalam pembuatan kerajinan itu
sendiri”, ujar salah satu ibu di RT 3.
Berangkat
dari persoalan tersebut, mahasiswa angkatan 2017 Program Studi Kesehatan
Masyarakat FK UNLAM di kelompok 11 pada kegiatan PBL berinisiatif membuat
intervensi “Bank Sampah”. Intervensi tersebut dibuka dengan sosialisasi
mengenai bank sampah oleh Sutjipto Rais selaku orang yang ahli dalam bank
sampah dan DLH Kabupaten Banjar yang datang dalam peresmian bank sampah.
Keperluan
bank sampah seperti timbangan dan buku tabungan di berikan oleh DLH, adapun
penjualan sampahnya bank sampah Desa Tajau Landung bekerjasama dengan Desa
Gudang Hirang yang sudah lebih dulu memiliki bank sampah.
Meski
nanti para mahasiswa PBL sudah tidak berada di sana, untuk intervensi tersebut
diharapkan dapat terus berlanjut karena memiliki berbagai manfaat. Salah
satunya, menjadikan lingkungan lebih bersih dan menguntungkan warga dari segi
ekonomi.
“Kami
berharap bila kegiatan PBL ini telah selesai para warga Desa Tajau Landung
Kecamatan Sungai Tabuk, tetap semangat untuk mengelola sampah anorganik dengan
mengumpulkan sampah anorganik di bank sampah”, tutur Abdullah selaku KAUR desa.