UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PERMASALAHAN GIZI BALITA
Saat ini, Indonesia
menghadapi masalah gizi ganda yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Hal ini
mengundang kekritisan dan keikutsertaan mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat FK ULM untuk berkontribusi lebih dalam upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Setelah melakukan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) I, kelompok 15
yang terdiri dari gusti, aldy, sela, fia, lisliana, dan husnul menemukan
permasalahan utama di Desa Jingah Habang Ulu Kecamatan Karang Intan ialah
mengenai permasalahan gizi balita. Sehingga bersama dengan warga, tim ini
menyepakati untuk melaksanakan program intervensi “Ibu Binaan” yang terdiri
dari berbagai kegiatan seperti penyuluhan, demo masak, PMT MODISCO,
penimbangan, dan kelompok ibu yang dibina oleh kader. Dalam hal ini, tim
mengutamakan peran masyarakat setempat dengan melakukan pemberdayaan masyarakat
sehingga masyarakat mau dan mampu untuk berperan secara mandiri dalam peningkatan
derajat kesehatan masyarakat.
Kegiatan ibu binaan ini dilakukan setiap minggu selama 3 kali terhitung sejak tanggal 16 Januari dengan sasaran ibu balita sebanyak 30 orang saat PBL II. Setiap kegiatan, tim beserta kader selalu menimbang BB balita apakah ada peningkatan setelah dilakukannya intervensi ibu binaan. Dari hasil evaluasi jangka pendek, didapatkan sebagian besar BB balita meningkat, hanya beberapa yang tetap dan turun akibat sakit. “peningkatan BB ini disebabkan dengan adanya himbauan kepada ibu balita untuk selalu memperhatikan pola makan anak dan menerapkan PMT MODISCO” ujar Gusti selaku ketua tim. MODISCO ini merupakan jenis PMT yang dapat membantu penambahan BB balita dengan jangka waktu singkat, tim mendapat saran dari bidan desa jingah habang ulu serta puskesmas karang intan 1. Bentuk keberlanjutan dari kegiatan ini ialah dengan peran kader yang bertugas sebagai seorang educator dan advisor yang melakukan kegiatan penyuluhan setiap bulannya saat kegiatan posyandu dan melakukan pemantauan serta pemberian nasihat dan pesan kesehatan tiap minggunya kepada ibu binaan mereka, dimana tiap kader memegang 6 ibu yang akan dibina. Program ini akan selalu dilakukan monitoring dan evaluasi sampai pelaksanaan PBL III. Program intervensi ini tentu tak lepas dari peran aparat desa, Puskesmas Karang Intan I, Bidan Desa dan kader yang sangat mendukung demi keberlanjutan kegiatan intervensi ini.